Aku masih terdiam di atas kasur Dinda. Ya, pagi ini aku baru saja terbangun dari tidurku, tapi aku tidak mendapati Dinda di sampingku. Entah kemana dia pergi, aku tak terlalu memikirkannya. Yang ku pikirkakan hanya perutku yang sudah lapar.
Aku turun dari kasur, menuju pintu kamar Dinda yang sudah terbuka. Saat aku sedikit lagi sampai di pintu kamar, aku melihat Dinda datang. Tapi dia tidak sendiri! Dia bersama pria itu!
Aku tidak begitu mengenal siapa pria itu. Yang ku tau, sudah 4 bulan belakangan ini Dinda dekat dengan pria itu. Apa itu pacar Dinda? Entahlah. Sejak mengenal pria itu, Dinda jarang curhat padaku.
"Hey Nda, lihat. Rafael menyambutmu." teriak si pria itu.
"Dia emang baik banget Dam." kata Dinda sambil tangannya berusaha memegang aku.
"Mana dia Dam? Aku mau memegangnya."
"Sini." kata Adam. Tangannya membimbing tangan Dinda menuju ke arahku.
Dibimbing? Ya. Dinda tidak bisa melihat. Setelah mengalami kecelakaan 6 bulan yang lalu, mata Dinda mengalami kebutaan. Dia bisa sembuh, asalkan ada yg mendonorkan mata untuknya. Tapi sampai sekarang dia belum mendapatkan donor mata itu.
~~~
Aku rasa, Adam adalah pria yang baik. Aku bisa lihat bagaimana perhatian dan kebaikan dia ke Dinda beberapa bulan ini. Saat Dinda baru saja mengalami kebutaan, Adam lah yang memberikan semangat untuk pertama kali. Adam juga yang mengantar Dinda ke dokter saat orangtua Dinda sedang sibuk bekerja. Aku kadang bisa melihat ketulusan dia dari matanya. Dinda, walaupun dia tidak bisa melihat, tapi aku rasa dia juga bisa merasakan ketulusan yang diberikan Adam.
“Ael, sini deh. Aku mau cerita..” Dinda memanggilku. Aku yang mendengar suaranya, segera menghampirinya. Saat itu sudah cukup malam, Adam juga sudah pamit pulang dari tadi.
Aku naik ke atas kasur Dinda. Dinda yang merasakan kedatanganku berusaha mencari-cari dimana aku. Aku menyentuh tangannya. Begitu dia tau posisiku, dia segera memelukku. Ini adalah kebiasaan Dinda jika dia lagi merasakan sesuatu dan ingin cerita banyak kepadaku.
“Ael, kamu tau ga? Adam baik banget sama aku” Dinda memulai ceritanya.
“Walaupun aku ga bisa melihat, tapi aku ngerasain dia itu tulus. Dia bisa nerima aku apa adanya, dengan keadaan aku yang buta ini..”
Dinda terdiam. Tangannya mengelus kepalaku. Dia menarik nafas, lalu melanjutkan ceritanya.
“Aku baru kali ini ketemu cowok kayak dia El. Dia beda sama mantan-mantan aku yang sayang sama aku karena fisik.”
Aku akui, Dinda memang menarik. Rambut sebahu, tinggi semampai, kulitnya yang bersih dan putih. Untuk ukuran manusia, aku rasa dia wanita yang sempurna secara fisik. Tentu saja sebelum dia mengalami kebutaan itu.
“Ael, dia tadi cium kening aku. Lembut banget. Aku sayang sama dia El, dia bener-bener ngejagain aku.”
Aku masih menatap Dinda. Ya, tadi aku lihat saat Adam mengecup kening Dinda.
“Tapi aku buta El.. Dia bisa jadi yang baik buat aku, tapi aku ga bisa jadi yang baik buat dia.”
“Ga! Kamu itu baik Dinda! Terlalu baik!” jawabku di dalam hati. Ingin rasanya aku berteriak, tapi aku sadar tidak akan bisa.
“Meong..” hanya itu yang keluar dari mulutku.
“Kok kayaknya kamu sedih sih El? Kamu ga suka ya aku pacaran sama Adam?”
“Aku setuju banget kamu pacaran sama Adam!” jawabku didalam hati.
“Meongg..” lagi-lagi aku hanya bisa mengeluarkan suara itu. Aku menjilat lembut tangan Dinda. Dinda mengerti dan tersenyum, itu tanda bahwa aku setuju dan tidak marah. Ya, pengertian di antara aku dan Dinda memang sudah terjalin lama. Persahabatan antara seorang anak manusia dan seekor kucing kampung.
“Kalo nanti suatu hari aku bisa melihat, yang pertama aku mau lihat dia El. Adam..” kata Dinda. Ga lama setelah itu, dia tertidur.
~~~
Beberapa bulan lewat setelah kejadian itu. Dan dalam dua bulan ini aku tidak melihat Adam datang dan menemani Dinda. Dinda selalu tampak gelisah. Sekarang Dinda ditemani Bi Inah, seorang pembantu.
“Adam kemana ya El? Dua bulan ini dia menghilang.”
Aku diam. Yang aku lihat saat itu wajah Dinda yang muram dan sedih. Sama seperti saat dia pertama kali mengalami kebutaan.
Aku keluar kamar. Ku lihat di ruang tamu banyak orang yang datang. Ehm, tidak banyak sih. Hanya lima orang. Aku melihat orangtua Dinda menangis, entah kenapa. Tidak lama kemudian aku melihat Mama Dinda berjalan menuju kamar Dinda, membawa Dinda keluar dan duduk bersama orang-orang tadi.
~~~
Malamnya..
“Ael, kamu tau ga? Aku mau operasi El! Operasi mata! Aku bakalan sembuh”
Aku kaget mendengarnya. Akhirnya setelah hamper setahun, ada orang yang mendonorkan mata untuk Dinda.
“Aku bakal sembuh El. Aku bakalan bisa lihat mama, papa, kamu, dan Adam!” Dinda begitu histeris. Dia sangat bahagia.
~~~
Hari ini, hari dimana Dinda di operasi. Aku menunggunya di rumah. Aku tidak sabar untuk kembali bermain lagi bersama Dinda seperti saat dia tidak buta. Tadi, sebelum berangkat ke rumah sakit, Dinda bilang padaku jika dia sudah sembuh, dia akan mengajak aku jalan-jalan bersama Adam. Begitu banyak rencana yang dia susun, terutama rencana dia dan Adam.
Tapi entah kenapa, sampai saat tadi Dinda berangkat, Adam tidak muncul. Dan aku pernah dengar perkataan mamanya Dinda saat Dinda bertanya kemana Adam.
“Setelah kamu sembuh dan bisa melihat lagi nanti, Adam bakal selalu deket sama kamu.” Dinda tersenyum saat mamanya berkata begitu. Tapi yang ku lihat sang mama menitikkan air mata. Aku tidak tau maksudnya apa.
~~~
“Ael, kita main di teras yuk” ajak Dinda padaku. Dia menggendongku menuju teras rumahnya. Sekarang Dinda sudah bisa melihat lagi, berkat pendonor mata yang sampai sekarang Dinda tidak tau siapa. Saat dia bertanya pada orangtuanya pun, orangtuanya tidak mau member tau.
“El, aku kangen Adam..” kata Dinda. Tangannya mengelus-elus lembut kepalaku. “Sudah hamper 10 bulan semenjak aku sembuh, dia ga datang-datang. Dia jahat ya?”
Yap? Dimana Adam? Aku pun tidak tau dimana dia. Dia menghilang begitu saja.
Tiba-tiba dari dalam rumah, orangtua Dinda sudah berpakaian rapi. Sang mama mendatangi Dinda dan berkata lembut.
“Sayang, ganti baju ya. Kita mau pergi..”
“Kemana ma?”
“Hmm..” sang mama bergumam pelan. “Ke rumah Adam. Kamu kangen dia kan?”
“Hah? Yang bener ma?” jerit Dinda. “Dinda ganti baju dulu ya ma!”
Aku melihat Dinda begitu semangat untuk bertemu Adam. Wajar saja, dia pernah bilang jika nanti sudah bisa melihat, dia ingin melihat wajah Adam. Ga lama kemudian..
“Ayo ma, Dinda udah siap.” kata Dinda sambil menggendongku.
“Rafael jangan dibawa sayang.”
“Ga ma! Mau aku bawa. Aku udah janji bakal bawa Ael jalan-jalan bareng Adam. Nanti pas ketemu Adam, Dinda mau langsung jalan-jalan sama dia ya ma..”
Dan sang mama hanya bisa terdiam..
~~~
Aku melihat Dinda berdiri kaku didepan makam bertuliskan nama “ADAM RAHARDIAN”. Aku masih belum mengerti semuanya kenapa. Dinda menangis histeris diatas tumpukan tanah di depannya sambil menyebut nama Adam. Dia ga nyangka Adam sudah tidak ada di dunia lagi.
“Dam, kamu jahat! Aku udah sembuh tapi kamu kenapa pergi ninggalin aku!”
Dinda kembali menangis. Sang mama berusaha memeluk Dinda, sambil membisikkan sesuatu.
“Kamu ga boleh gitu sayang. Sekarang Adam selalu deket sama kamu.”
“Dimana ma? Dimana! Dia udah pergi ma! Dia udah ga ada!”
“Dinda..” sang mama mulai menangis. “kamu tau ga ?”
“Apa ma? Apa!”
“Kamu tau ga siapa yang mendonorkan mata kamu?”
Dinda terdiam. Dia melepas pelukan mamanya. “Siapa ma?”
“Adam Nak! Adam yang mendonorkan matanya buat kamu..”
Dinda kembali terdiam. Dia memegang kedua matanya. Airmatanya keluar. Tidak lama kemudian, dia memeluk mamanya.
“Bener ma? Ini mata Adam? Kenapa bisa?” kata Dinda di sela tangisnya.
“Adam memiliki penyakit kanker nak. Dan satu bulan sebelum dia meninggal, dia menulis wasiat yang mengatakan jika nanti dia meninggal, mata dia akan didonorkan ke kamu. Ternyata, sebulan setelah dia membuat wasiat itu, dia meninggal..”
“Jadi..”
“Iya nak. Adam selalu didekat kamu. Dia ada di matamu..”
Aku hanya bisa terdiam mendengar itu semua. Adam yang ku lihat selalu bersemangat saat menemani Dinda, ternyata mempunyai penyakit yang akhirnya merenggut nyawanya. Dan sekarang aku juga kembali menyadari bahwa Adam benar-benar tulus sama Dinda. Bahkan di akhir hayatnya, dia masih berkorban untuk Dinda..
Menyumbangkan matanya…
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 komentar:
Posting Komentar