FIVE FINGERS edisi: Mimpi Kita...

Jumat, 02 September 2011



"Anjrit gue lulus! A!"
"Gue juga nyet! Lulus juga!"
"Tai tai tai hahaha, gue juga lulus!"

Ketiga anak gila itu masih jingkrak-jingkrakan di lorong fakultas desain. Mereka ga peduli walaupun banyak orang yang ngeliatin mereka. Mereka cuek. Siapa sih yang ga seneng kalo lulus sidang? Bukan, mereka bukan abis sidang karena jadi tersangka penggundulan bulu kucingnya Tri. Tapi mereka abis sidang skripsi. Yak, skripsi. Pantes aja mereka jadi gila gitu.

"Eh Rizal mana? Pengumuman belum keluar kok dia pulang?"
"Dia ga pulang kok Joe, lagi makan dia diatas sama Harianto."
"Oh begitu..", Joe ngeluarin ponselnya. "Pengumuman mereka ada di siapa? Di lo, apa di lo Tri?"
"Di gue..", Tri mengacungkan dua amplop berisi pengumuman sidang mereka. "Kata Pak Kevin sih mereka juga A. Kita berlima A!"
"Alhamdulillah yahh..", kata Joe dengan gaya Syahrini, lengkap dengan kibar rambutnya. Saat itu juga, Tri nyari gunting rumput buat motong rambutnya Joe yang udah kayak semak-semak.

Aji yang daritadi diem sambil mainin ponselnya, tiba-tiba ngomong.
"Nyadar ga, abis ini kan kita masing-masing.."

Joe dan Tri yang lagi lari-larian sambil timpuk-timpukan sepatu, segera berhenti. Mereka bertiga langsung galau. Tapi seperti biasa, disaat mereka galau, bakal selalu ada korban kegalauan mereka...

"Udah Ji, itu mah pikirin nanti. Sekarang mending kita ngerjain Rizal.", kata Joe sambil cengar-cengir.
"Ngerjain? Gimana?"
"Udah sms Hari belum Tri?", Joe nengok ke Tri yang lagi masang sepatu.
"Udah nyet.. Tenang.."
"Sip.."
"Sms Hari mau ngapain?", Aji masih ga ngerti.
"Buat kompakan kalo kita mau ngerjain Rizal."
"Oh sip deh.."

Ga lama kemudian, Rizal dan Harianto datang. Dari jauh mereka ngelihat Joe dan Tri bercanda, sedangkan Aji sedang menelpon. Tapi pas mereka berdua mendekat, mendadak Joe dan Tri langsung diem. Mereka menatap Rizal. Terus nunduk lagi. Menatap lagi. Nunduk lagi. Heran, Rizal langsung menanyakan tentang pengumuman sidang.

"Sidang gue gimana hasilnya?"
"Err...", Joe nunduk.
"Lo yakin mau liat Zal?", Tri angkat bicara.
"Iyaalah mau. Emang kalian dapet apa?"
"Gue A."
"Gue juga A."
"Gue juga sama."
"Anjrit pada dapet A. Lo apa Har?", Aji nengok ke Harianto.
"A juga. Tadi di smsin sama Joe."
"Gue apa ya..". Rizal mulai bingung. Sifat paniknya keluar. Inilah yang ditunggu-tunggu.

"Zal..", Joe mendekati Rizal. "Gue harap setelah lo liat pengumuman lo, lo tetep minumnya air ya.. Bukan baygon."
"Kenapa emang nyet?", keringet dingin mulai keluar di tubuh Rizal.
"Gue ga tega bilangnya.."
"Anjrit emang gue dapet apa?"
"Dapet A.."
"Kampret.. Hahaha."

Tawa lepas 5 sekawan itu mengisi lorong fakultas desain siang itu..

***

10 tahun semenjak tawa kelulusan mereka terdengar di lorong ini, sekarang mereka berlima datang untuk kembali merasakan tawa itu lagi. Yak, tapi kali ini ga cuma berlima, melainkan seluruh mahasiswa angkatan mereka juga. Ada semacam reuni kecil yang diadakan disitu. Mereka juga diperbolehkan mengajak pasangan mereka.

"Joe!"
"Harianto!"
"Tri!"
"Rizal!"
"Aji!"

Mereka saling memanggil. Lalu berlarian ke tengah lorong cuma untuk saling berpelukan. Mirip teletubbies overdosis upil.

"Hahaha tolol, masih bego aja ya kita."
"Kita? Lo aja Joe sama keluarga lo yang metal-metal", jawab Tri. Abis ngomong gitu, dia langsung masuk jamban.
"Kalo gue masih bego, gue ga akan dapetin dia.", kata Tri. "Tika! Sini.."
Tika datang. Lalu ia menyalami keempat teman suaminya.
"Liat kan? Gue bisa sama Tika..", kata Tri bangga, mirip tukang kredit yang berhasil dapet uang tagihan.

"Gue juga.", Harianto ga mau kalah. "Sayang!"
Seorang wanita berkacamata, dengan rambut kuncirnya segera menuju Harianto.
"Hai..", dengan ramahnya, istri Harianto menyapa semua teman suaminya.
"Inget kan? Ini Silvi. Oasis gue yang sekarang jadi nyata buat gue.", ucap Harianto sambil cengar cengir.
"Anjrit, ini Silvi? Heran ya mau sama Hari.". Setelah ngomong gitu, sebuah jitakan mendarat mulus dikepala Joe.

"Giliran gue..", kata Aji. "Ini Mega. Inget?"
Sesosok wanita berdiri disamping Aji. Wanita yang dulu manggil mereka kakak. Sekarang ada disamping Aji dengan perutnya yang besar. Sedang mengandung.
"Anjrit mau punya anak!", lagi lagi Joe ngoceh.
"Iya dong nyet.. Lo mana?"
"Gue ntar.. Rizal dulu."

"Nih..", Rizal menggandeng cewek yang lagi menggendong bayi. "Vina.."
"Hai semua..", dengan ramah Vina menyapa semuanya.
"Hai jugaa..."
"Heh nyet,", Rizal nyenggol Joe. "Istri lo mana?"
"Ohehe bentar .."

Joe berjalan menuju wanita yang daritadi duduk bersama seorang anak lelaki berumur kurang lebih 2 tahun.
"Yang, kesana yuk. Ke temen-temen aku.", kata Joe sambil menggendong anak lelakinya, jagoannya.
"Iya. Tapi aku malu. Aku kan bukan bagian dari mereka. Kalo yang lain kan udah kenal sebelumnya."
"Ya ga apa-apa lah. Yuk ah."
Joe menggandeng istrinya. Tangan yang satunya menggendong Adrian, putranya.

"Nih kenalin istri gue. Ini jagoan gue, Adrian", kata Joe sambil nyengir. Semua temannya menyalami istri Joe.
"Saya Annisa..", sambil tersenyum, Nisa memperkenalkan diri.
"Pada heran ya? Sama gue juga heran. Gue doang ya yang lepas dari oasis-oasis itu. Haha", Joe mulai berkoar.
"Pake pelet sih lo nyet"
"Anjrit lo Tri.."

***

Mimpi.. Memang terkadang nyenengin. Bikin kita ga sia-sia buat nikmatin hidup. Hidup jadi ada isinya. Ada tujuan. Ada yang dikejar. Ada yang dimauin.

Tapi..
Ga selamanya, mimpi di masa lalu bisa jadi nyata di masa depan.

Mimpi itu.. Ibarat fondasi..

Sekian.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar