Tukang Cukur

Jumat, 10 September 2010



Wah ga terasa udah lebaran lagi aja ya. Sebelumnya gue mau ngucapin MINAL AIDZIN WALFAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR dan BATIN yaa. Cepet banget kayanya kalo pas bulan Ramadhan. Sahur, puasa, buka puasa, tarawih. Sebulan penuh gue kerjain dan alhamdulillah puasa gue tamat tapi tarawehan nggak. haha

Oke, gue mau cerita sedikit tentang sesuatu yang selalu berhubungan sama Idul Fitri. Ya, ga lain dan ga bukan adalah tradisi MUDIK. MUlih ka uDIK. wakaka *ga tau dapet istilah darimana itu*
Yang dalam bahasa lainnya adalah PULANG KAMPUNG.

Bagi sebagian orang yang kerja di kota-kota besar, mungkin momen lebaran sangat kental dengan istilah itu. Setelah setahun penuh bekerja mencari penghasilan di kota, maka pas lebaran mereka pulang ke kampungnya untuk ketemu sama saudara, istri, orang tua, atau tetangga-tetangganya. Dan sekalian berbagi rezeki tentunya.

Sama halnya kaya tukang cukur langganan gue. Namanya Ujang. Dia dari daerah Jawa Barat, gue lupa dia dari Tasik, Ciamis atau campuran keduanya. Bingung? Sama.

Hari selasa kemarin, berhubung mau lebaran, gue sama bokap gue nyempetin diri memanjakan diri ke tukang cukur. Siang itu gue naik motor, ngebonceng bokap gue. Pas sampai di markas si Ujang, ternyata penuh. Ada sekitar dua kepala lagi yang mau dipotong, ehm maksud gue di cukur. Okelah, gue nunggu di bangku yang udah disediain. Karena gue, bokap gue, dan si Ujang itu udah terjalin suatu kerjasama yang cukup lama dan udah saling kenal juga, maka terciptalah obrolan singkat tentang lebaran.

Bokap : "Ga mudik Jang?"
Ujang : "Ngga pak, mau mudik kemana lagian juga"
Bokap : "Lah emang ga punya kampung halaman?"
Ujang : "Punya sih pak. Tapi ga ada yang mau ditemuin. Orangtua udah ga ada, istri ga punya. Saya aja udah 10 tahun ga pulang kampung."
Bokap : "Yah kan ada sodara-sodara sama tetangga di sana, ga maaf-maafan emang?"
Ujang : "Yah iya sih pak. Tapi kan saya kerja disini, sehari-hari hidup disini. Pastilah banyak salahnya disini, sama orang-orang disini. Masa saya banyak salah disini, tapi minta maafnya sama orang-orang di kampung? haha"
Bokap : "Haha iya juga ya."

Gue diem. Gue mencerna apa yang tadi si Ujang bilang. Gue membenarkan dalam hati gue. Iya juga sih ya. Kita punya salah disini, di tempat kerja kita, di tempat kita hidup sehari-hari, di tempat kita nyari makan, nyari duit, nyari penghasilan. Tapi kenapa harus minta maafnya ke kampung?

Dan gue belom nemuin jawaban untuk ini.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar