FILOSOFI PINTU

Rabu, 27 Juli 2011



Beberapa hari yang lalu, gue pernah sedikit ceramah di twitter gue. Kisahnya sih ga jauh-jauh dari kehidupan pribadi gue. Waktu itu gue ceramah sekitar jam 5 pagi, pas abis solat subuh. Gue sih ga peduli tweet-tweet gue itu mau dibaca atau ga sama orang-orang yang ngefollow gue. Intinya mah gue waktu itu lagi mau curhat aja. Makanya gue lampiaskan itu semua di twitter.


Cerita gue itu berkisah tentang orang yang ingin banget masuk ke suatu ruangan, tapi pintu ruangan itu ketutup rapet banget, di gembok malah. Jadi awalnya, orang itu sendirian di suatu ruangan yang banyak banget pintunya. Dia melihat sekelilingnya. Semua pintu tertutup. Sama-sama rapat. Ga ada yang terbuka sama sekali. Tapi dibalik itu semua, ia memilih berjalan ke sebuah ruangan yang pintunya sebetulnya sama saja seperti yang lain. Ia berjalan sampai akhirnya dia berada di depan pintu itu. Dia memegang gagangnya. Terkunci.


Tapi..

Dia tidak berubah arah. Dia tetap berdiri di depan pintu yang terkunci rapat itu. Menunggu pintu ruangan itu terbuka, dan pemiliknya mengizinkannya untuk masuk. Dia menunggu.. menunggu dan terus menunggu. Sampai ia melihat pintu itu digembok, di lem kuncinya, dan diusahakan aga tidak ada yang bisa membuka.


Disaat pintu itu tidak bisa dibuka, dan ga akan pernah terbuka, ada beberapa pintu lain yang terbuka lebar untuk orang itu. Pemiliknya mengizinkannya untuk masuk. Tapi orang itu tetap pada komitmennya untuk menunggu pintu yang ia yakini merupakan pintu dan ruangan yang paling nyaman untuknya. Ia menunggu.. dan terus menunggu. Sampai ia sadar, kalau pintu itu ga akan pernah terbuka olehnya, dan mungkin akan terbuka oleh orang yang lebih pantas.

Orang itu pun berbalik arah. Dia melihat pintu-pintu ruangan lain yang sebelumnya terbuka untuk dia, tapi kini telah tertutup rapat. Sangat rapat.


***


Yah..

Itulah kita. Kita terlalu menjadi seorang pemilih untuk menentukan hal yang kita anggap penting. Mungkin bagus, tapi kita terlalu takut untuk mencoba kesempatan-kesempatan yang sebenarnya udah sangat terbuka banget buat kita. Ga di masalah cinta sih kita menjadi seorang yang pemilih, mungkin di pekerjaan juga kita bisa begitu. Kita terlalu sombong untuk mengabaikan kesempatan kecil yang datang.


Kita terlalu senang menunggu hal-hal yang sebenarnya ga mungkin. Kita terlalu takut mencoba. Bukan hanya orang itu. Tapi gue, temen-temen gue, atau bahkan orangtua gue pun pasti pernah ngerasain hal yang sama.


So, kenapa kita harus seegois itu ?



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar